Berlin Blockchain Week: Kode & Budaya

**Suasana Berlin: Katedral bagi Hacker

Berlin bukan sekadar tuan rumah acara—kota ini bernapas lewat acara. Dari c-base, ruang hacker bawah tanah, hingga percakapan malam hari dengan kopi dingin, energi di sini tak tergantikan. Rasa kepemilikan ide jauh lebih kuat daripada kepemilikan token.

**Protocol Berg: Anti-Event yang Mengubah Pandangan

PB bukan acara biasa—ini manifesto dalam kode dan noda kopi. Tanpa sponsor, tanpa branding. Di Colosseum bekas bioskop, Vitalik Buterin menjelaskan zk-SNARKs seperti puisi. Saya duduk bersama 150 orang—developer dan peneliti—dengan kaus kaki bolong, mendengarkan diskusi teknis Ethereum tanpa batas.

Salah satu pertanyaan membuat pembicara terdiam: “Apakah privasi lebih penting bagi perempuan dibanding laki-laki?” Jawabannya: “Saya tidak tahu.” Itu momen ketulusan intelektual yang langka.

**ZuBerlin: Saat ‘Komunitas’ Dihargai dengan Harga

Lalu muncul ZuBerlin—paradoks kemewahan budaya kripto Eropa. Bayar €650 untuk seminggu hidup bersama di tempat berantakan—termasuk workshop bondage Jepang dan perjalanan buta di pabrik tua.

Tapi mereka tak bilang:

• Relawan harus bayar deposit hingga €650.
• Beberapa hanya dapat 20% dikembalikan setelah kerja 16 jam.
• Dengan upah minimum (€12/jam), kerja itu bernilai lebih dari €130.
• Makanannya? Salad dada ayam tiga kali sehari—tanpa drama.

Satu teman kabur karena kelaparan tiga hari sambil bekerja tanpa bayaran demi diskon tiket. Sementara PB memberi semua ini gratis dengan camilan. Ini bukan soal elitisme—tapi insentif. Kenapa bayar jika bisa dapat konten lebih baik gratis? Jawabannya: karena ada yang mencari spektakel daripada substansi—and that’s okay… asalkan membayar sendiri.